Payakumbuh (UP)–Masuknya bulan suci Ramadhan 1444 H merubah nuansa kota Payakumbuh lebih Islami, humanis, kreatif dan harmonis dengan berbagai aktivitas yang dilakukan warga kota pada bulan suci ini.
Hal ini diakui pj Wako Payakumbuh Rida Ananda dalam kesempatan bicangnya dengan media yang bertugas di kota ini Senin (27/3).
Ibadah Tarweh
Nuansa Islami lebih terasa saat masuk bulan suci Ramadhan, antara lain ditandai penuh sesaknya mesjid utama kota dengan jamaah taraweh seperti mesjid Ansyarulloh Muhammadyah yang terdapat di jantung kota, mesjid Muslimin Labuah Baru, Mesjid Jamiak di jalan Soekarno -Hatta, mesjid Taqwa Bunian dan sarana ibadah lainnya tiap Kecamatan dan Kelurahan yang ada di kota ini.
Hal itu juga diakui buya Ali Amran selaku Dai yang memberikan tasyiah diberbagai langgar dan mesjid di kota ini, setiap Ramadhan langgar dan mesjid dipenuhi jamaah untuk sholat taraweh, tadarus dan ibadah lainnya. Hal ini menurut buya, kesadaran beragama masyarakat cukup baik yang perlu dipupuk dan dibina terus menerus agar kehidupan warga lebih Islami meski tidak 100 % warga kota ini penganut agama Islam.
Pasa Pabukoan
Nuansa lain yang mewarnai kota Payakumbuh saat masuknya Ramadhan memunculkan kreatif masyarakat untuk berusaha seperti berdagang cemilan, maupun lauk pauk untuk buka puasa guna menambah income keluarga.
Antusiasnya warga berjualan cemilan dan pangan berbuka puasa memaksa Pemko Payakumbuh menyediakan tempat khusus bagi warga yang berjualan cemilan dan bahan berbuka puasa lainnya yang dikenal dengan pasa pabukoan seperti di pusat kota Payakumbuh saat ini.
Tidak sampai disitu, pasa pabukoan seperti itu juga bermuncukan diberbagai tempat di berbagai sudut kota, seperti simpang Parik, simpang Lampasi, Limbukan, simpang Aua Kuniang dan parahnya sepanjang jalan Soekarno-Hatta, mulai dari Pakan Sinayan-simpang Telkom kiri dan kanan jalan ptotokol itu dipenuhi pedagang musiman menjajakan cemilan dan lauk pauk berbuka puasa dengan harga terjangkau.
Efendi Khoiri (42) warga Pekanbaru yang mampir membeli pabukoan di jalan Soekar-Hatta Koto nan IV Payakumbuh sore Senin (27/3) mengakui, kota Payakumbuh sebagai kota kuliner, hal ini terlihat jelas menjamurnya kuliner sepanjang jalan protokol yang ia saksikan mulai memasuki kota Payakumbuh dari Pekanbaru.
Disamping tertarik mencicipi pangan yang dijajakan, dia membeli beberapa pangan untuk persiapan berbuka puasa diperjalanan, karena tujuannya ke Kurai Taji Pariaman masih jauh dan udah pasti waktu berbuka puasa masih dalam perjalanan, jelasnya dalam kesempatan itu.
Ngababurid
Berkeliling kota mencari pangan yang mereka ingini mendorong warga kota lakukan jalan-jalan sore dengan nama ngabuburid alias jalan sore seraya menunggu waktu berbuka puasa dengan membeli cemilan ataupun lauk untuk berbuka puasa, seperti yang dilakukan Eti (37) warga Kelurahan Tiaka Payobasuang yang mengaku mau membeli beberapa lauk pauk serta cemilan untuk berbuka puasa.
Diakui Eti, dia lebih cenderung membeli lauk pauk dan cemilan untuk berbuka puasa keluarganya sebab waktunya sudah habis di kantor yang pulangnya pukul 15.00 wib dan sampai di rumah pukul 15.30 lebih sehingga waktu masak keburu kasib belum lagi capek pulang kerja, membuat dia memutuskan membeli keperluan berbuka puasa tersebut, ungkapnya.
Khusus kalangan remaja, jalan sore menghabiskan waktu berbuka puasa dengan mengunjungi destinasi wisata kota, sehingga tiap sore sebelum berbuka puasa objek wisata ngalau Indah, tapian Agam bahkan panorama Ampangan yang berada di kaki gunuang Sago tidak luput dari objek Ngabuburid mereka.
Seperti yang diungkapkan Robby (19) warga Latina yang nongkrong bersama temannya di tapian Agam dan Vina (17) warga kelurahan Aua Kuniang yang menghabiskan waktunya di objek wisata Ngalau Indah.
Menjawab pertanyasn wartawan baik Robby maupun Vina me gungkapkan alasan yang sama kehadiran mereka di objek wisata itu, lain tidak untuk menghabiskan waktu berbuka puasa seraya menikmati kebersamaan bersama teman di objek wisata ini, nanti pulangnya beli pabukoan untuk dinikmati bersama bapak, ibuk, kakak dan adik, jelasnya.
Tidak salah masuknya bulan suci Ramadhan, sekaligus merubah nuansa kota Payakumbuh dengan berbagai aktivitas masyarakat yang lebih kreatif. Berbagai usaha yang dilakukan untuk menambah pendapatan keluarga. Beriibadah, berusaha ekonomi kreatif maupun menikmati destinasi wisata bagi remaja kota memberi warna tersendiri kehidupan warga kota Payakumbuh saat ini. (mas).